NUSA DUA, tivibali.com- Bertempat di Sofitel Nusa Dua- Bali, Bank Indonesia menggelar Flagship Event Diseminasi Laporan Nusantara serta Launching Buku Kajian Manufaktur dan Pariwisata, pada Jum’at (18/11/2022).
Laporan Nusantara merupakan pandangan Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian dalam perspektif spasial secara triwulanan yang disarikan dari hasil pembahasan yang komprehensif antara Dewan Gubernur, kepala departemen terkait, dan seluruh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di daerah, sementara Buku Kajian Manufaktur berisikan pemikiran mengenai upaya penguatan struktur perekonomian Indonesia melalui transformasi industri manufaktur dalam negeri.
Deputi Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menyebut penghujung tahun 2022, perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diprakirakan akan
menurun dari 2022, dengan risiko resesi yang tinggi di beberapa negara, termasuk AS dan Eropa.
Namun di tengah berbagai dinamika tantangan tersebut, Dody Budi Waluyo optimis perekonomian nasional masih berdaya tahan dan melanjutkan perbaikan. Permintaan domestik membaik ditopang oleh konsumsi swasta yang tetap tinggi dan kinerja ekspor yang tetap positif, sejalan dengan semakin membaiknya mobilitas dan aktivitas ekonomi, serta kuatnya keyakinan konsumen. Hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan III 2022 yang mencapai 5,72% (yoy), lebih tinggi dari capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,45% (yoy). Perkembangan yang baik ini juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha dan ekonomi seluruh wilayah yang tetap baik.
Kebijakan stimulus Pemerintah melalui bantuan sosial untuk menjaga daya beli
masyarakat dari dampak kenaikan inflasi sebagai konsekuensi pengalihan subsidi BBM turut menopang perbaikan perekonomian. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan tetap bias ke atas dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia pada 4,5-5,3%. Pada 2023, pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap kuat ditopang oleh permintaan domestik yang solid.
Selain itu tekanan inflasi yang sempat meningkat mulai menunjukkan penurunan dan lebih rendah dari prakiraan awal. Pada Oktober 2022, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,71% (yoy), lebih rendah dari prakiraan awal maupun inflasi IHK sebelumnya yang mencapai 5,95% (yoy). Selanjutnya, inflasi kelompok volatile food tercatat lebih rendah dari sebelumnya menjadi 7,19% (yoy), terutama dipengaruhi oleh penurunan harga sejumlah komoditas hortukultura seiring dengan kondisi pasokan yang cukup.
“Hal ini tentu tidak lepas dari semakin eratnya sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM”, pungkasnya.
Meskipun inflasi IHK lebih rendah dari prakiraan awal, kami mencermati masih
tingginya ekspektasi inflasi. Inflasi inti juga tercatat sebesar 3,31% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sejalan dengan dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM.
Berdasarkan perkembangan tersebut, baru saja kemarin Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga kebijakan (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3±1% lebih awal yaitu di paruh pertama 2023.
Respons kebijakan ini merupakan refleksi dari komitmen penuh Bank Indonesia untuk secara konsisten mengarahkan bauran kebijakan demi menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi. Kebijakan moneter Bank Indonesia kami arahan untuk menjaga stabilitas (pro stability), sedangkan 4 (empat) kebijakan lainnya yaitu makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, serta ekonomi keuangan hijau dan inklusif, diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Melalui bauran kebijakan Bank Indonesia, dan sinergi erat dengan otoritas dan lembaga terkait, pelaku usaha, termasuk perbankan, kami meyakini bahwa stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan ke depan akan tetap terjaga. (AW)