JAKARTA, tivibali.com-Kontribusi perempuan dalam bidang ekspor jasa dan produk kreatif tercatat mencapai 74% menurut data Kementerian Perindustrian. Hal ini disampaikan Reny Yanita Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Aneka.
“Kontribusi wanita dalam bidang ini cukup besar terutama di bisnis makanan, home decoration, hingga bumbu rempah,” terang Reni pada Seminar Perempuan Indonesia yang digelar di J.W Marriott Hotel, (30/4/2024).
Untuk mencapai hal tersebut, Reni menyatakan banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk membantu Industri Kecil Menengah (IKM), terutama agar ekspor tidak terbatas pada peran laki-laki saja. Kemenperin menyebutkan bahwa para pengusaha IKM harus mampu menjawab beberapa tantangan di bidang kreatif, contohnya beradaptasi pada kondisi era digital di mana pola belanja sudah banyak berubah. Pengusaha juga perlu memiliki strategi pemasaran produk, mengetahui akses pasar, distribusi dan logistik, dan produktivitas.
Pendiri Roro Kenes Syanaz Nadya Winanto menyatakan bahwa pihaknya memaksimalkan kanal digital seperti aplikasi dan website untuk memaksimalkan bisnis dan menganalisis pembeli. Menurutnya, pemanfaatan inovasi ini merupakan bentuk dari kekayaan intelektual yang akan menjadi aset di industri kreatif.
“Inovasi adalah bagaimana cara kita mengeksekusi ide baru untuk membuat nilai yang baru. Kita sebagai pengusaha juga perlu menggali nilai-nilai apa saja yang ingin kita perjuangkan, kami di Roro Kenes mengusung nilai Planet, People dan Profit,” terangnya.
Roro Kenes sendiri dibangun dari kesenangan Syanaz dengan tas. Ia kemudian mengamati motif-motif lokal yang sudah mendarah-daging di wilayahnya namun belum dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi daerah. Oleh sebab itu, Syanaz mempekerjakan ibu-ibu penganyam untuk memberikan lapangan pekerjaan yang layak.
Syanaz mengatakan bahwa seluruh niat baiknya untuk memberdayakan orang sekitar, menggunakan motif dan bahan lokal untuk menjaga bumi, serta memberikan lapangan pekerjaan untuk para wanita merupakan sebuah ide yang patut dilindungi. Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau para pengusaha untuk tidak lupa melindungi hasil ciptaan mereka ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), Kementerian Hukum dan HAM.
Tak jauh berbeda, Anita Gathmir Tidore yang merupakan salah satu keturunan Kesultanan Tidore melanjutkan kelangsungan budaya dengan memberikan pelindungan tenun Puta Dino Kayangan. Motif tenun ini diajarkannya pula ke generasi muda agar tenun Tidore juga dapat dikenal dunia.
“Kami melakukan banyak upaya untuk menjaga warisan budaya ini salah satunya dengan fashion show di New York. Selain kain, kami juga membuat baju karena setiap tahun kami berkomitmen untuk membuat suatu inovasi produk baru,” ungkapnya. (mtb)