Generasi emas 2045 merupakan sebuah wacana bangsa Indonesia untuk mempersiapkan para generasi muda yang berkualitas, berkompeten dan berdaya saing tinggi. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia tersebut dibutuhkan unsur persatuan dan kesatuan bangsa dan pembangunan karakter anak bangsa.
Sebelum kita melangkah, untuk memastikan tercapainya generasi emas 2045, kita perlu menyadari hal-hal apa saja yang menghambat terwujudnya Indonesia emas pada anak mudanya, khususnya moral yang sekarang menjadi salah satu pilar dan modal anak bangsa dizaman ini untuk mengadapi tantangan global. yang mana kita sedang berhadapan zaman digital termasuk media sosial yang tak bisa terlepas dari setiap orang.
Media sosial memang suatu hal yang sangat membantu bagi manusia untuk mempermudah dalam memperoleh informasi dan hal lainnya, tetapi tak jarang juga media sosial menjadi penyebab munculnya permasalahan moral yang ada, karena dari situlah mereka juga memperoleh informasi yang kurang mendidik yang secara tidak langsung alam bawah sadarnya merekam dan meniru perilaku tersebut tanpa tahu bahwa yang mereka tirukan adalah sesuatu yang buruk secara moral, yang sama sekali tidak mencerminkan karakter bangsa Indonesia.
Apa arti sebuah kecerdasan, kepintaran, dan semua prestasi yang kita miliki jika semua itu tidak dikolaborasikan dengan karakter yang baik, sia-sia adalah kata yang mungkin paling tepat untuk menjadi jawabannya. Koruptor, pejabat yang suka berfoya-foya, para pembuat dan pengedar narkoba masih bisa melenggang seakan-akan hukum yang ada belum memberi efek jera, lalu apakah orang-orang seperti itu menjadi harapan Indonesia menuju generasi emas 2045.
Waktunya kita anak muda menampar pipi untuk sadar diri, berfikir dengan realita yang ada, bahwa selama ini kita tidak benar-benar hidup untuk diri kita saja, akan tetapi juga untuk negeri kita. Apakah kita sudah benar-benar merdeka, rasanya jiwa ini ingin berteriak, “wahai pejuang kemerdekaan yang telah berkorban menumpahkah darah untuk kemerdekaan dan para kesatria pendiri bangsa” bangkitlah, dan kembalikan jati diri bangsa ini,”. Walau itu tidak mungkin, namun penulis masih memiliki harapan yang besar karena masih banyak generasi muda terpanggil untuk mendapatkan pendidikan karakter dan moral, salah satunya adalah para santri yang saat ini mengenyam pendidikan di pesantren.
Atas kesemerawutan negeri ini, penulis mencoba menengok karya Syaikh Mustafa Al-Ghalayaini yang boleh jadi adalah solusi, seperti yang terdapat dalam kitabnya yang populer yakni kitab Idhotun Nasyi’in yang mana kitab ini telah menyita perhatian para pembaca di daerah Beirut sana, karena nasihat-nasihatnya yang berharga untuk membuka hati generasi muda.
Salah satu pembahasan dalam kitab yang dirasa cocok untuk menjadi pegangan dalam bermedia sosial yakni bertema Al-I’tidal atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan kesederhanaan (bersikap tengah-tengah), di sana Syaikh Mustafa menyampaikan bahwasanya “barang siapa yang menginginkan kemuliaan maka carilah dalam sikap sederhana.”
Menurut Syaikh Mustafa kesederhanaan itu berlaku atau bisa diterapkan dalam berfikir, bermadzhab, makan, minum, berpakaian, memberi dan dalam setiap urusan yang bersifat konkret atau abstrak, semua itu merupakan keutamaan.
Termasuk dalam bermedia sosial, sikap ini dirasa sangat cocok diterapkan untuk generasi kita anak muda, sikap tengah-tengah harus kita latih terhadap diri kita sendiri untuk mengurangi rasa kecanduan bermain gadget, maksudnya berilah waktu kepada diri kita sendiri untuk hidup di dunia nyata, batasi penggunaan handphone jika memang tidak diperlukan.
Tidak hanya itu, sikap ini juga harus diterapkan ketika sedang bermain di media sosial seperti membatasi terlalu suka mengomentari postingan orang yang informasinya belum tentu benar, membatasi bermain game, membatasi memosting sesuatu yang membuat kita sendiri rugi, seperti mengupload berita hoax, membatasi mengupload kebahagiaan yang dibuat-buat agar kita terbiasa hidup tanpa butuh penilaian orang lain, dan hal ini bisa membentuk diri kita untuk menciptakan prinsip hidup kita sendiri.
Dari semua pembahasan diataslah anak remaja butuh perhatian khusus agar mereka menyadari bahwasanya perubahan bangsa menuju yang lebih baik ada pada tangan mereka. Jadi, lakukanlah segala sesuatu dengan sederhana agar generasi anak bangsa bisa menjadi versi terkeren kita masing-masing, bukan menjadi generasi yang suka ikut-ikutan.
Pembangunan karakter bangsa ini bisa kita mulai dengan ha-hal sederhana seperti ketika bangun tidur biasakan kita merapikan tempat tidur kita sendiri, ketika kita memakai kamar mandi kita pastikan ketika kita keluar kamar mandi bersih, biasakan membuang sampah pada tempatnya, disiplin, tepat waktu dan rendah hati, tidak menerobos lampu merah, budaya antre dll. Di mulai dari hal-hal sederhana inilah kita bangun karakter anak bangsa menuju Indonesia emas 2045.
Penulis : Rossya Nabila
Mahasiswi UIMSYA Pondok Pesantren Darussalam Blok Agung Banyuwangi