BERANDA

Karya Seni Lukis Made Duatmika dan Wayan Suastama di Satrian Art Gallery

Ket Foto: Pengunjung saat menikmti karya seni Lukis Made Duatmika dan Wayan Suastama di Satrian Art Gallery, Sanur Denpasar.

DENPASAR, tivibali.com- Santrian Art Gallery yang terletak Puri Satrian Hotel memamerkan karya-karya dari Made Duatmika dan Wayan Suastama, pameran yang berlangsung dari tgl. 10 Januari hingga 28 Februari 2025, diresmikan oleh I Made Djirna.(10/1/2024).

Pameran ganda ini menampilkan karya-karya Made Duatmika dan Wayan Suastama, yang berbagi kerinduan akan kenangan. Kenangan masa kecil, dengan hal-hal yang tidak lagi sama seperti masa kanak-kanak mereka.

Made Duatmika dan Wayan Suastama, dua sahabat yang telah terlibat dalam lingkaran seni yang sama sejak muda, berbagi kenangan dari latar belakang kehidupan di desa. Duatmika berasal dari Jembrana dan Suastama dari Tabanan, masing-masing dengan budaya lokal yang sama meskipun berbeda. Keduanya merupakan anggota Militant Art Group dan mereka sekarang bersama dalam pameran ini.

Kedua seniman merasakan kerinduan terhadap “masa lalu,” bukan hanya rumah tinggal yang merupakan tempat fisik, tetapi sebagai masa kenangan akan rumah masa kecil yang kini terasa berbeda. Kerinduan ini menjadi benang merah dalam
karya mereka.

Duatmika mengungkapkan kenangan masa kecilnya dengan warna dan emosi yang sangat ekspresif, dengan fokus pada
kerbau air sebuah simbol budaya Jembrana. Karyanya memadukan kesederhanaan memori memori yang sangat polos dengan teknik warna dan tekstur yang matang.

Dalam seri Path of Time, a Returning, ia mengkomunikasikan kenangan masa lalu dengan humor dan kehangatan, menciptakan karya yang penuh dengan keceriaan dan nostalgia.

Suastama, yang terinspirasi oleh filosofi Hulu dan Teben di Tabanan, menggabungkan elemen tradisional dengan eksplorasi imajinatif yang bebas. Karya-karyanya menunjukkan keseimbangan antara manusia, alam, dan hewan. Kemungkinan bisa di terjemahkan simbol simbol seperti harimau sebagai lambang kekuatan dan keseimbangan ekosistem yang kini rapuh. Emas dalam karyanya berkesan nilai kehidupan yang berharga dan hubungan spiritual antara semua makhluk hidup.

Meskipun Duatmika dan Suastama memiliki pengalaman hidup yang berbeda, keduanya berbagi kerinduan untuk kembali ke
rumah, ke desa, ke masa yang lalu. Karya mereka, yang berakar pada kenangan masa kecil, menyampaikan perasaan ini
dalam cara yang saling melengkapi. Pameran ini menyoroti pentingnya menjaga warisan budaya dan mengingatkan kita akan kerinduan terhadap kesederhanaan yang semakin sulit ditemukan. (mtb)