Pandemi Belum Berakhir : Di 2021 Ada Pelajaran Berharga Dari Mereka Yang Kita Anggap Tertinggal

Foto : Dr H Anton Charliyan Mpkn.

Renungan di Awal tahun 2022

Oleh : Dr H Anton Charliyan Mpkn.

JAKARTA, tivibali.com – Salah satu tolok ukur prestasi sebuah Negara atau Pemerintah Daerah di satu Kewilayahan adalah bila mampu menyajikan laporan Tentang Index Prestasi Kesejahteraan dan Keamanan dengan baik, namun khusus untuk masa sekarang ini, tentunya harus ditambah dengan tingkat kesehatan masyarakat terhadap Pandemi covid 19.

Berdasarkan hasil analisis, ternyata tidak ada satupun wilayah di negeri ini yang tidak terkena penularan wabah pandemi covid 19 tersebut.

Kondisi ini tentunya berdampak dengan masalah kesejahtraan dan keamanan, justru tingkat kriminalitas sebagai salah satu indikator stabilitas keamanan malah semakin tinggi.

Demikian juga pada indikator tingkat kesejahtraan masyarakat indeknya sangat memprihatinkan, sampai-sampai negara harus Mensubsidi Khusus Masyarakatnya, dan hal ini sebagaimana kita ketahui bersama sudah berlangsung hampir 2 tahun ini.

Keadaan ini pun memaksa stakeholder atau pemerintah berpikir keras untuk mengatasinya agar kebijak negara dilakukan benar efektif dan tepat sasaran, dan ini bukan di NKRI saja tapi dimanapun disetiap penjuru dunia tanpa terkecuali.

Tidak ada satu negara atau wilayahpun yang tidak terkena dampak dari wabah pandemi covid 19 ini, secara otomatis berdampak pada tingkat keamanan dan kesejahtraan masyarakatnya. Namun saya rasa tidak perlu kita bahas secara angka dan statistik diforum ini.

Meskipun kenyataanya kita alami bersama saat ini sesungguhnya merupakan musibah dunia yang luar biasa.

Lalu pertanyaannya? Adakah satu wilayah yang tingkat kesejahtraanya tetap stabil, Kriminalitasnya tetap terjaga aman dan tentrem, demikian juga dengan kesehatanya terpelihara, tidak terdampak ?

Bila ada satu kampung atau wilayah yang seperti itu dikondisi saat ini, bukankah itu merupakan sebuah prestasi yang Luar biasa ? yang perlu di beri penghargaan khusus dan patut di beri acungan jempol tidak hanya satu tapi ful dengan 2 jari, agar kita semua bisa meniru menjadikan sebagai acuan untuk bisa belajar dan bercermin dari mereka.

Tidak dipungkiri ternyata wilayah tempat tersebut yang menjadi obyek pembahasan tulisan saya ini, fakta memang ada !, real benar-benar ada, dan berhasil kita indentifikasi.

Lantas, dimanakah beradanya wilayah atau kampung tersebut ?

Berdasarkan penelusuran yang berhasil kami sisir, dan kami temukan ternyata wilayah yang tidak terdampak memang benar ada, di suatu kawasan wilayah yang disebut ‘kampung’, dan dikenal dengan sebutan sebagai ‘Kanekes, di Kabupaten Pandeglang Banten’.

Kampung itu ternyata tidak jauh dari ibukota negara kita. Kawasan perkampungan itu yakni merupakan Kampung Adat yang dikenal sebagai ‘Urang BADUY’.

Pada tahun 2021, kami pun berkesempatan melakukan silaturahmi ke tokoh adat/masyarakat di kampung adat Baduy. Dan saat itu kami sempat bertanya kepada salah satu ‘Puun’ Kampung Baduy.

Berapa angka Kriminalitas di tahun ini (tahun 2021), jawabanya sangat mencengangkan : 0% alias Nihil.

Kemudian kami pun bertanya lagi, berapa orang yang terdampak covid 19? jawabanya juga sama : Nihil alias , 0 % .

Lalu kami lanjut bertanya lagi, berapa orang yang kelaparan tidak bisa makan, jawabanya lebih diluar ekspektasi kita dan sungguh spektaculer, yang disampaikan dalam bahasa daerah ; ‘Di Leuit kami moal beak keur dahar 2 tauneun (di gudang beras kami masih cukup cadangan persediaan untuk makan sampai 2 tahun lagi ?).

Tak hanya di kampung Urang Baduy saja, kami pun melanjutkan silahturahmi ke kampung-kampung tradisional lainnya di Jawa Barat yang masih kental menjaga adat istiadatnya.

Seperti yang kami telusuri di kampung-kampung adat lainnya, yakni di Kampung Naga Tasikmalaya, Kampung Dukuh Garut, dan Kampung Kuta Ciamis.

Masih dengan pertanyaannya yang sama, ternyata jawabanya cukup mencengangkan, dan persis sama dengan ‘Puun’ yang ada di Kanekes Baduy Kabupaten Pandeglang Banten.

Ternyata di negeri kita masih banyak kampung-kampung tradisional yang menjaga adat istiadat dari leluhurnya tidak berdampak dengan wilayahnya ada pandemi covid 19 ini.

Dalam tulisan ini maka dari di tahun Baru 2022 ini, saya sengaja memakai Baju Pangsi, Bajunya masyarakat Adat Sunda, sebagai Bentuk penghargaan saya yang setinggi-tingginya dan yang setulus-tulusnya terhadap mereka-mereka Masyarakat Adat BADUY dan Masyarakat Adat Lainya di Nusantara Khususnya Masyarakat Adat yang ada di Jawa Barat – Banten yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata lagi, karena banyak pelajaran yang kami dapatkan.

Dan saya malu dengan diri saya sendiri, yang kadang sok merasa paling pintar, yang sok merasa paling modern, yang sok merasa paling jago, paling tahu, paling bisa, paling kuasa, paling segalanya dan lain-lain.

Ternyata hari ini saya harus banyak belajar dari mereka, yang ada didepan mata kita, dan tidak jauh dari kita, yang sering kita lupakan dan kita anggap biasa-biasa saja, padahal mereka punya adat tradisi ajaran yang kita anggap kuno, ketinggalan jaman , yang ternyata saat ini terbukti, tidak tergoyahkan oleh Resesi Ekonomi bahkan pandemi covid 19 sekalipun.

Hal ini membuat saya sadar bahwa sesungguhnya kita harus belajar banyak dari mereka yang tidak kita dapatkan dalam pendidikan formal di perguruan tinggi.

Kampus hanyalah tempat menggali sebuah teori, tapi universitas yang sesungguhnya ada dalam kehidupan nyata, dan hari ini kita harus belajar banyak dari kearifan dan tradisi masyarakat adat yg ada di sekeliling kita.

Masih terngiang ucapan dan jawaban dari mereka kenapa wilayah atau kampung mereka tidak terdampak oleh Resesi , kriminalitas bahkan Covid sekalipun, ketika saya berdialog di Kampung Kanekes.

“Kajeun kami mah Rek Ngajaga Alam bae, kusabab geuning Ayeuna loba manusa anu palinter tapi naha ari Alam malah beuki loba nu Ruksak, Ngajaga Alam mah geuning teu cukup ku pinter. Boro boro kami bisa ngarewong, angot ngahuhuruwan mah, da nu sok ngahuhuruan mah lain agama, agama mah ayana di Kahadean… Agama nu kudu milaku jeung lampah. Anu bakal jadi kahadean urang sakabeh, Leuweung ulah dibukbak Gunung ulah dilebur Sagara ulah di rempag, Mipit kudu amit ngala kudu menta, Jaga tina panyakit
Kudu apik jeung berseka..”

(Pesan untuk menjaga alam ; Biarkan lah kami yang akan menjaga alam, karena saat ini ternyata banyak orang pandai, tapi kenapa Alam malah semakin rusak, ternyata untuk menjaga Alam itu tidak cukup dengan hanya sebuah Kepintaran.

Tersirat pesan mereka, kemananpun bisa terjaga karena semua itu berdasar pada prilaku yang baik kita sendiri ; ajaran kami mah bukan tidak berani mengoreksi orang lain apalagi sampai memprovokasi. Dan itu tidak ada dalam kamusnya, karena ajaran agama itu, bagi kami hanya mengajarkan tentang kebaikan.

Tentunya agama akan selaras dengan adab sopan santun, dan yang akhirnya pasti bermuara dari kita prilaku yang baik, karena jika tidak berprilaku baik itu bukan lagi sebagai ajaran agama.

Dengan dasar adab prilaku yang baiklah yang menyebabkan kami jadi aman, dan sebagai penguatan untuk menjaga alam dan kesehatan.

Mereka juga berpesan agar : Hutan jangan ditebang, Gunung jangan digali, Danau jangan sampai kering.

Jika ingin Memulai sesuatu harus tertib, harus kulo nuwun, pamitan dan minta izin. Jaga kebersihan agar kita tetap sehat)

Tulisan ini sebagai renungan bagi saya, kami dan kita dalam menjalani aktifitas dan kehidupan di tahun 2022, agar kita dapat memetik pelajaran dan pengalaman berharga di tahun 2021, dan tidak melakukan kepada mereka-mereka yang telah menjaga alam ini dengan mengimplementasikan adab dan adat-istiadat dalam kehidupannya.

Akhir kata saya ucapkan Selamat tahun Baru 2022, semoga di tahun 2022 kita semua mendapat Rahmat & Keberkahan dan bisa bisa menjadi lebih baik dari tahun 2022. Aamin YRA.

Penulis : Dr H Anton Charliyan Mpkn
Editor : Rikky Fermana, S.IP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *